Jalan-jalan Saja

5 Agustus 2018.

Hari minggu itu saya tidur setelah adzan subuh, padahal sudah ada janji dengan si Jojo mau jalan-jalan ke Jakarta jam 8 pagi. Jojo datang ke rumah sekitar jam 9 lewat dan membangunkan saya, setelah beberapa menit saya mandi dan bergegas untuk memulai perjalanan yang awalnya diharapkan bakal menyenangkan. 

Kita berangkat dari Lamaran naik Agra Mas sekitar jam 10, tapi sayangnya bis itu malah sering berhenti (ngetem) masih di Karawang, ditambah banyak yang ngamen di dalam bis, menghabiskan pundi-pundi receh di kantong saya. Selama di dalam bis kita banyak jajan dan tergoda oleh tukang dagang multi produk, dari tukang tahu pake cengek sampai minyak fresh cool yang katanya khas Thailand, hahaa. Untungnya pas di jalan tol tidak terlalu macet, jadi kita sampai di Kampung Rambutan sekitar jam 12. Ketika di Terminal Kampung Rambutan saya ngontek si Gobed via Whatsapp, tapi ga ada jawaban, kemungkinan masih molor. Lalu saya inisiatif ngontek Kasarna, dan dia jemput kita di RM Padang Jalan Ceger. Sesampainya di kontrakan, benar saja si Gobed masih molor. Kita ngopi dulu di kontrakan sambil nunggu si Gobed ready to go. 

Setelah prepare sambil ngobrol-ngobrol, kita sepakat menentukan destinasi menuju Kota Bogor, dan bergegas menuju Terminal Kampung Rambutan lagi. Lalu kita naik Bis Tigaperempat merk Dedy S. Jaya (bukan Dedy Dores ya!). Selama di bis itu banyak orang yang naik turun, malah ada beberapa wanita yang lumayan terlihat cantik mengurangi rasa ngantuk dan suntuk selama perjalanan itu. 

Setelah beberapa jam, sampailah kita di Kota Bogor yang katanya Tegar Beriman. Sedikit miris ketika di setiap lampu merah banyak pengamen, di kota lain juga memang banyak pengamen, tapi di Bogor lebih buanyak banget! Saya lihat di pinggir jalan para pengamen sedang berkerumun, ada yang sedang latihan main gitar, ada juga yang sedang menghitung penghasilan. 

Kita turun di dekat Tugu Kujang, lalu jalan kaki sambil foto-foto di situ. Banyak orang-orang (ABG juga Manula) yang jogging lari-larian mengelilingi Kawasan Hutan Raya Bogor, ya dekat Tugu Kujang itu. 


Kita pengennya bisa masuk ke dalam Hutan Raya Bogor, tapi waktu itu sudah sore dan pintu masuk sudah ditutup. Akhirnya kita hanya bisa berjalan menyusuri trotoar yang mengelilingi Hutan Raya Bogor dan Istana Presiden. Saya sedikit terkesima dan heran ketika menyusuri trotoar, di sana tidak terlihat banyak sampah, bahkan puntung rokok pun ga ada. Melihat orang-orang yang jogging dan berjalan di sana ga ada yang merokok, padahal tidak terlihat tulisan peringatan dilarang merokok, jadinya kita berjalan sambil merokok dengan harap-harap cemas, takut ada yang marahin. Hahaa.

Meski kita kecewa karena ga bisa masuk ke dalam Hutan Raya, tapi bisa sedikit terobati dengan menikmati suasana sore menyusuri trotoar, apalagi ketika sudah lewat maghrib dan hari mulai gelap, lampu-lampu trotoar terlihat indah dan memang Instagramable.

Di situ juga pertama kalinya saya melalui penyebrangan bawah tanah (under pass), karena di Karawang mah ga ada. 😁 Kerennya lagi, di terowongan itu ada sekelompok anak band sedang berlatih, dengan alat musik yang lengkap dengan sound systemnya. Di dinding terowongan juga terdapat lukisan-lukisan pemandangan alam dan potret para pejuang bangsa. Asli keren!

Setelah lelah berjalan kaki selama beberapa jam, kita istirahat sambil makan Sate Padang. Lalu kita ngopi di Terminal Baranangsiang sambil nunggu bis untuk pulang ke Kampung Rambutan. Ada hal lucu waktu di perjalanan pulang, di daerah Cibinong ketika saya sudah merasa letih dan ngantuk, ada seorang anak muda naik bis lalu tiba-tiba menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil berdiri, cuma nyanyi saja, tanpa alat musik! Mirip anak sekolah yang sedang upacara bendera. Ada-ada saja kreativitas pengamen disana. 😁

Sesampainya di kontrakan, di Ceger, saya mah langsung ngopi sambil gogoleran. Setelah beberapa menit, lalu kita berjalan kedepan ke dekat konter si Gobed untuk makan nasi goreng sambil nunggu si Gobed ngerjain garapan di konter. Lewat tengah malam, si Jojo udah tepar, saya mah masih ngopi terus sambil ngobrol ngebahas masa lalu sampai subuh bersama Gobed dan Kasarna. Setelah itu kita tidur, tepat setelah adzan subuh.

Saya dibangunkan si Jojo jam 1 siang, saya kira masih pagi, padahal udah siang, wah bisa-bisa gagal nih acara eksplore DKI. Langsung saya nyeduh kopi sambil memikirkan tujuan dan menghitung waktu yang tersisa, tapi Gobed masih di konter, tambah bingung saya. 

Setelah Gobed datang ke kontrakan, kita langsung cabut ke Terminal Kampung Rambutan, terus naik Busway menuju PGC, karena Gobed ngajak shopping dulu di PGC sebelum kita ke Kota Tua. Pas sampai di PGC, koridor Busway lagi ngantri, jadi Busway yang kita naikin lewat sampai ke koridor BKN, lalu kita transit di BKN dan kembali ke PGC. Saya pikir, kalau kita turun di PGC dan shopping dulu, ga bakal kekejar tuh Kota Tua, pastinya sampai Kota Tua udah sore dan kita ga ada waktu lagi buat ke Tanjung Priok dan bakal ketinggalan Kereta pulang. Akhirnya kita memutuskan ga jadi shopping di PGC, cuma gobed yang turun di PGC untuk balik ke Ceger, tempat dimana dia bekerja sepenuh hati. Saya dan Jojo masih di dalam koridor Busway PGC sambil memikirkan rute dan Busway nomor berapa yang menuju Tanjung Priok. Lagi bingung-bingungnya mikir, ada ibu-ibu yang nanya tujuannya ke kita, padahal kita juga lagi bingung 😁 ada juga anak muda yang tampangnya dari kampung, nanya boleh ngerokok ga? Padahal saya juga pengen merokok, tapi kan ini di dalam koridor Busway, jelas ga boleh lah.

Karena di koridor PGC itu ga ada juga Busway yang langsung menuju Tanjung Priok, akhirnya saya berinisiatif naik Busway jurusan Ancol, karena setau saya Ancol itu ada di Utara Jakarta, pasti ga jauh dari Tanjung Priok. Selama di dalam Busway menuju Ancol, saya terus mantengin hp, lihat maps dan rute menuju Stasiun Tanjung Priok, ga kepikiran lagi Kota Tua atau Monas, dipikiran cuma nyari jalan buat bisa naik kereta pulang, karena kereta terakhir dari Tanjung Priok menuju Karawang itu pukul 17:10 WIB. 

Ketika hampir sampai di Ancol, tiba-tiba kejebak macet, padahal udah jam 16:30, makin panik saya. Sue-nya lagi, pas Busway sampai koridor Ancol, ga ada jalan keluar, yang ada cuma pintu masuk Ancol, anjrit! Terpaksa saya cuma muter di sana, lalu naik Busway lagi. Padahal harusnya tadi sebelum sampai Ancol, kita turun di Koridor Pademangan. 

Lalu kita turun di koridor Pademangan, terus naik angkot jurusan Tanjung Priok. Untungnya, sopir angkot yang kita tumpangin sedikit stress, bawa angkotnya ngebut terus, mungkin dia tau kita lagi panik nguber kereta pulang. 😁

Tepat pukul 17:00 sampailah kita di Terminal Tanjung Priok, tapi saya malah lupa dimana lokasi Stasiun Kereta, buka maps udah ga fokus saking paniknya, lalu saya bertanya pada orang yang lagi nongkrong, eeeh padahal stasiunnya ga jauh dari situ. Bergegaslah kita menuju Stasiun yang bangunannya berwarna putih itu. Di pintu masuk ada dua orang Satpam yang berdiri sambil teriak-teriak "Kereta final, kereta terakhir, ayo buruan!". Buru-buru saya ke loket pembelian tiket. Setelah beli dua tiket, langsung kita berjalan menuju gerbong kereta. 

Pas duduk di kursi kereta yang masih kosong, pikiran saya terasa lega dan ngemplong seperti orang yang udah dikejar-kejar anjing. 😁 Berhasil mengejar kereta pulang, yes!

Jojo sambil duduk terlihat capek, lalu bilang "Pengalaman, tu. Umur geus 35 taun kakarak ngajaran numpak kareta." 😁 Tak lama kemudian, kereta pun berjalan gujes-gujes menyusuri rel menembus senja. 

Selama di dalam kereta, banyak orang-orang yang naik di Stasiun Kemayoran, mungkin mereka pulang kerja. Saya mulai merasa lapar, karena dari bangun tidur di kontrakan sampai naik kereta, belum makan apa-apa, cuma ngopi saja pas bangun tidur. Selama di Busway dan di Kereta ga bisa merokok karena pakai AC, juga ga ada tukang asongan yang menjajakan makanan dan minuman. Kendaraan umum di Ibukota sudah tidak manusiawi. 😟

Sekitar pukul 7 malam, sampailah kita di Stasiun Karawang, kota kesayangan tempat dilahirkan dan dibesarkan beta. Langsung saja kita cari tempat makan di depan stasiun, dan makan nasi pecel dengan lahap seperti orang yang sedang berbuka puasa. 😁

Sehabis makan, kita naik angkot menuju rumah masing-masing, dan sesampainya di rumah, saya langsung nyeduh kopi lalu ngagoler ngalempengkeun cangkeng sambil kembali membuka Google Maps, mencari kesalahan siang tadi, yang jelas mah kesalahan saya bangun jam 1 siang. 😁


Teruntuk, Jojo: "Sori jo, acara eksplore DKI gagal total, urang cuma bisa jalan-jalan doang bari panik nguber kareta, tong kapok nya. Anggap weh kamari mah momen pertama nt numpak Busway jeung Kareta. Kapan-kapan urang acarakeun deui, mangkat ti Karawang subuh, ameh bisa kaubek kabeh eta DKI." 😁



Komentar