Bapakku

Tak terasa sudah sebulan Bapakku pergi menghadap Allah SWT, yang tersisa tinggal kenangan dan kerinduan yang mendalam, rindu akan kebersamaan dan canda tawa. Rasanya dunia ini terasa semakin sulit, semakin tak berarti, aku merasa seperti berjalan seorang diri dalam kegelapan.

Seumur hidupku, hanya Bapak yang selalu peduli pada kehidupanku, setiap hari menanyakan kabarku. Meski kadang aku acuh tak menghiraukannya, karena kesibukanku dan keegoisanku.

Aku satu-satunya anak lelakinya, anak sulung pengganti tanggung jawabnya pada keluarga, pada adik-adikku. Aku merasa sangat tidak mampu menjadi seperti Bapakku, yang selama ini menjadi harapan dan andalan keluarga, karena aku memang belum bisa berbuat sesuatu yang membanggakan, bahkan untuk diri sendiri pun masih kekurangan, tapi bagaimana pun harus aku perjuangkan.

Di bulan Ramadhan ini, bulan yang biasanya menyatukan keluarga, berkumpul berbuka bersama, ngabuburit sambil membeli takjil, kini lenyap, seakan kebersamaan keluarga telah berakhir.

Takdir memang tak bisa dipungkiri, satu persatu orang tercinta dipanggil menghadap keharibaan-Nya, dan suatu saat kita juga pasti dipanggil-Nya. Semoga kita bisa bersama kembali, di alam yang kekal, dalam kebahagiaan yang abadi, aamiin.

Aku hanya bisa mendoakan, semoga almarhum tenang di sisi-Nya, dilapangkan alam kuburnya, diterima iman islamnya, aamiin.

Nasihat Bapak akan selalu ku ingat, pesan Bapak insyaAllah akan ku jalankan. 

Komentar